Rabu, 25 Januari 2012

Perkawinan Menurut Adat Bali

BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
perkawinan menurut adat Bali merupakan suatu yang suci dan sakral, oleh sebab itu pada jaman weda, perkawinan ditentukan oleh seorang resi, yang mampu melihat secara jelas, melebihi penglihatan rohani, pasangan yang akan dikawinkan. dengan pandangan seorang resi ahli atau brahmana sista, cocok atau tidak cocoknya suatu pasangan pengantin akan dapat dilihat dengan jelas
Menurut adat Hindu Bali, pernikahan dilakukan di rumah calon pengantin laki-laki pada hari yang dianggap baik oleh pendeta Hindu Bali. Biasanya pengantin baru tinggal bersama keluarga laki-laki dalam satu pekarangan rumah. Ada dua macam pernikahan, yaitu ‘kawin lari’, dan ‘kawin ngidih’. Kawin lari (cara kuno di Bali bagian Timur), di mana perempuan meninggalkan rumahnya untuk menikah tanpa pengetahuan orangtuanya, sudah agak jarang dilakukan. Cara pernikahan yang umum dilaksanakan dewasa ini adalah kawin ngidih, di mana pihak laki-laki meminta kepada orangtua pihak perempuan.
B.   MAKSUD DAN TUJUAN
Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi dalam proses pembelajaran mahasiswa. Adapun tema yang diangkat dalam makalah ini yaitu Perkawinan Menurut Adat Bali”.
Dalam penyusunan makalah ini, bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam membuat karya ilmiah dalam menguraikan dan menganalisa tentang perkawinan menurut adat Bali.  Disamping itu, kedepan diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan masukkan untuk memahami bagaimana tradisi dan budaya dari suku Bali dalam hal melaksanakan perkawinannya.

BAB II
PERMASALAHAN
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini Penulis memperoleh hasil maksimal, maka  penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah adalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana pelaksanaan dari perkawinan menurut adat Bali?
  2. Jenis- jenis dari perkawinan menurut adat Bali?
  3. Bagaimana urutan dalam ritual perkawinan adat Bali ?
  4. Perkawinan jenis apa yang lazim digunakan dalam masyarakat Bali?
  5. Apa hakekat dan makna perkawinan menurut adat Bali?

BAB III
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Perkawinan Menurut Adat Bali
Bali pada umumnya memeluk agama Hindu, dimana dalam agama Hindu mempunyai tujuan hidup yang disebut Catur Purusa Artha yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Hal ini tidak bisa diwujudkan sekaligus tetapi secara bertahap, tahapan untuk mewujudkan empat tujuan hidup itu disebut dengan Catur Asrama. Pada tahap Brahmacari asrama tujuan hidup diprioritaskan untuk mendapatkan Dharma. Grhasta Asrama memprioritaskan mewujudkan artha dan kama. Sedangkan pada Wanaprasta Asrama dan Sanyasa Asrama tujuan hidup diprioritaskan untuk mencapai moksa.
Perkawinan atau wiwaha adalah suatu upaya untuk mewujudkan tujuan hidup Grhasta Asrama. Tugas pokok dari Grhasta Asrama menurut lontar Agastya Parwa adalah mewujudkan suatu kehidupan yang disebut “Yatha sakti Kayika Dharma” yang artinya dengan kemampuan sendiri melaksanakan Dharma. Jadi seorang Grhasta harus benar-benar mampu mandiri mewujudkan Dharma dalam kehidupan ini. Kemandirian dan profesionalisme inilah yang harus benar-benar disiapkan oleh seorang Hindu yang ingin menempuh jenjang perkawinan. Dalam perkawinan ada dua tujuan hidup yang harus dapat diselesaikan dengan tuntas yaitu mewujudkan artha dan kama yang berdasarkan Dharma. Pada tahap persiapan, seseorang yang akan memasuki jenjang perkawinan amat membutuhkan bimbingan, khususnya agar dapat melakukannya dengan sukses atau memperkecil rintangan-rintangan yang mungkin timbul. Bimbingan tersebut akan amat baik kalau diberikan oleh seorang yang ahli dalam bidang agama Hindu, terutama mengenai tugas dan kewajiban seorang grhastha, untuk bisa mandiri di dalam mewujudkan tujuan hidup mendapatkan artha dan kama berdasarkan Dharma
Dalam hal perkawinan menurut adat Bali, perkawinan dilakukan di rumah calon pengantin laki-laki pada hari yang dianggap baik oleh pendeta Hindu Bali. Biasanya pengantin baru tinggal bersama keluarga laki-laki dalam satu pekarangan rumah.
Dalam budaya adat Bali dikenal ada dua macam perkawinan, yaitu ‘kawin lari’, dan ‘kawin ngidih’. Kawin lari (cara kuno di Bali bagian Timur), di mana perempuan meninggalkan rumahnya untuk menikah tanpa sepengetahuan orangtuanya, namun perkawinan seperti ini sudah sangat jarang dilakukan. Tata cara perkawinan yang umum dilaksanakan dewasa ini adalah kawin ngidih, di mana pihak laki-laki meminta kepada orangtua pihak perempuan.
B.     Macam – Macam Perkawinan Adat Bali
Menurut tradisi adat Bali terdapat dua jenis perkawinan. Jenis pertama berupa tiga bentuk pernikahan, yakni menikah dengan cara meminang atau memadik atau ngindih dari pihak keluarga pria ke pihak keluarga wanita. Berikutnya menikah dengan cara telah dijodohkan yakni pertalian hubungan karena dijodohkan atau dikehendaki oleh pihak kedua orang tua tanpa sepengetahuan pihak si gadis atau jejaka. Dan bentuk pernikahan berikutnya, yakni menikah dengan cara kawin lari, di mana saat ini masih terjadi di desa-desa tertentu di Bali bagian Timur atau karenakan perbedaan wangsa/kasta dan lainnya. Sesuai tradisi adat Bali yang menganut garis patrilineal (menurut garis keluarga laki-laki, patrilenal),maka ketiga bentuk pernikahan tersebut di atas seluruhnya diselenggarakan oleh pihak keluarga pengantin laki-laki.
Sedangkan bentuk pernikahan kedua adalah perkawinan Nyentana atau Nyeburin, di mana prosesi dilaksanakan oleh pihak keluarga wanita. Perkawinan menurut garis pihak wanita, matrilineal, merupakan kebalikan sari ketiga bentuk pernikahan adat Bali yang disebutkan sebelumnya yakni mengikuti garis laki-laki (patrilineal). Jenis perkawinan dan kedua juga memiliki akibat hokum adat yang berbeda. Hal demikian sangat bisa dipahami, mengingat perkawinan adat Bali bukanlah urusan mempelai berdua saja, melainkan juga terkait erat dengan keluarga, banjar(RT) bahkan desa dan kehidupan social yang bersifat magis-religius yang melekat sangat kuat.
Dalam makalah ini akan diuraian tata cara pelaksanaan pernikahan yang lazim dilakukan secara umum oleh masyarakat di Bali. Di mana pihak laki-laki meminta kepada orangtua pihak perempuan (kawin ngidih) untuk dinikahkan sebagai suami isteri, namun perlu juga kita mengenal sedikit mengenai kawin lari.
1.  Kawin lari
Dalam hal perkawinan jenis ini (kawin Lari) tentunya tidak sama dengan kawin lari pada umumnya dimana pada hari yang telah disetujui atau disepakati oleh pasangan calon pengantin, maka pihak laki-laki atau orang lain yang dimintai tolong, menjemput si perempuan dan membawanya ke rumah salah satu kerabat atau temannya untuk disembunyikan paling sedikit selama tiga hari atau sampai orang tua pihak perempuan mengakui bahwa anak gadisnya telah menikah.
Selanjutnya, empat orang mewakili pihak laki-laki untuk menyampaikan pesan kepada orangtua bahwa anak gadisnya telah pergi untuk menikah. Kelian banjar dari pihak keluarga perempuan ikut untuk menyampaikan pesan tersebut. Mereka membawa lampu sebagai simbul penerangan dan surat pernyataan dari calon pasangan pengantin bahwa mereka menikah atas dasar cinta dan tanpa paksaan pihak manapun. Dan apabila orangtua si perempuan menerima bahwa anaknya telah dilarikan dan akan menikah dengan laki-laki pilihannya, mereka menentukan kapan wakil dari pihak laki-laki bisa datang kembali ke rumahnya untuk menyelesaikan masalah pernikahan ini.
Pawiwahan (upacara) tiga hari
Setelah tiga hari berada di rumah pihak laki-laki atau persembunyian, calon pengantin baru akan diupacarai dengan sesajen yang dituntun oleh pemangku (pendeta dari keluarga Sudra) untuk mengesahkan perkawinan tersebut secara agama Hindu Bali. Upacara ini hanya dihadiri oleh keluarga dekat pasangan pengantin atau pihak laki-laki saja kalau memakai cara kawin lari.
Pawiwahan di sanggah (pura keluarga)
Pada hari yang telah disepakati dan ditunjuk oleh pendeta Brahmana, upacara yang lebih besar dilaksanakan di sanggah pihak laki-laki. Makna upacara ini adalah untuk menyampaikan kepada para leluhur yang bersemayam di sanggah itu, bahwa ada satu pendatang baru yang akan menjadi anggota keluarga dan akan melanjutkan keturunannya.
2.     Kawin Ngidih
Ngidih dalam bahasa Indonesia berarti “Meminta” sehingga yang dimaksudkan dengan kawin ngidih disini yaitu pada hari yang telah disepakati bersama, keluarga dan kerabat dekat pihak laki-laki datang ke rumah pihak perempuan untuk menyampaikan keinginan mereka untuk menikahkan anak laki-lakinya dengan anak gadis dari pihak perempuan. Kemudian mereka akan menetapkan satu hari untuk mengumpulkan seluruh keluarga dari pihak perempuan dan meminta keluarga laki-laki dan kerabat dekatnya untuk datang kembali untuk melamar dan membicarakan tatalaksana upacara pernikahan. Setelah kesepakatan tercapai, calon pengantin perempuan dibawa ke rumah calon pengantin laki-laki.
Dalam kawin ngidih semua anggota banjar dari pihak laki-laki dan seluruh keluarga besar dari pihak perempuan dan para undangan lainnya menyaksikan upacara ini.. berbeda dengan kawin lari, keluarga atau kerabat dekat dari pihak perempuan tidak terlibat.
Upacara ini biasanya dilanjutkan dengan pelaksanaan upacara mepamit (perpisahan) yang akan dilakukan di sanggah pihak keluarga pengantin perempuan. Makna dari upacara ini adalah untuk minta pamit kepada para leluhur karena sekarang telah menikah dan menjadi milik dan tanggung jawab keluarga laki-laki.
Mengenai biaya perkawinan pada umumnya semua biaya upacara perkawinan ditanggung oleh keluarga pihak laki-laki termasuk untuk upacara Mepamit yang dilakukan di rumah orangtua perempuan. Anggota banjar menyediakan sebagian bahan makanan untuk pesta atau bahan upacara, dan para tamu undangan membawa hadiah untuk pengantin baru.
C. Hakekat Perkawinan
Perkawinan pada hakikatnya adalah suatu yadnya guna memberikan kesempatan kepada leluhur untuk menjelma kembali dalam rangka memperbaiki karmanya. Dalam kitab suci Sarasamuscaya sloka 2 disebutkan “Ri sakwehning sarwa bhuta, iking janma wang juga wenang gumaweakenikang subha asubha karma, kunang panentasakena ring subha karma juga ikang asubha karma pahalaning dadi wang” artinya: dari demikian banyaknya semua mahluk yang hidup, yang dilahirkan sebagai manusia itu saja yang dapat berbuat baik atau buruk. Adapun untuk peleburan perbuatan buruk ke dalam perbuatan yang baik, itu adalah manfaat jadi manusia.
Berkait dengan sloka di tas, karma hanya dengan menjelma sebagai manusia, karma dapat diperbaiki menuju subha karma secara sempurna. Melahirkan anak melalui perkawinan dan memeliharanya dengan penuh kasih sayang sesungguhnya suatu yadnya kepada leluhur. Lebih-lebih lagi kalau anak itu dapat dipelihara dan dididik menjadi manusia suputra, akan merupakan suatu perbuatan melebihi seratus yadnya, demikian disebutkan dalam Slokantara.
perkawinan umat hindu merupakan suatu yang suci dan sakral, oleh sebab itu pada jaman weda, perkawinan ditentukan oleh seorang resi, yang mampu melihat secara jelas, melebihi penglihatan rohani, pasangan yang akan dikawinkan. dengan pandangan seorang resi ahli atau brahmana sista, cocok atau tidak cocoknya suatu pasangan pengantin akan dapat dilihat dengan jelas.
Pasangan yang tidak cocok (secara rohani) dianjurkan untuk membatalkan rencana perkawinannya, karena dapat dipastikan akan berakibat fatal bagi kedua mempelai bersangkutan. Setelah jaman Dharma Sastra, pasangan pengantin tidak lagi dipertemukan oleh Resi, namun oleh raja atau orang tua mempelai, dengan mempertimbangkan duniawi, seperti menjaga martabat keluarga, pertimbangan kekayaan, kecantikan, kegantengan dan lain-lain. Saat inilah mulai merosotnya nilai-nilai rohani sebagai dasar pertimbangan.
Pada jaman modern dan era globalisasi seperti sekarang ini, peran orang tua barangkali sudah tidak begitu dominan dalam menentukan jodoh putra-putranya. Anak-anak muda sekarang ini lebih banyak menentukan jodohnya sendiri. Penentuan jodoh oleh diri sendiri itu amat tergantuang pada kadar kemampuan mereka yang melakukan perkawinan. Tapi nampaknya lebih banyak ditentukan oleh pertimbangan duniawi, seperti kecantikan fisik, derajat keluarga dan ukuran sosial ekonomi dan bukan derajat rohani.
D.     Makna dan Lambang
UU Perkawinan No 1 th 1974, sahnya suatu perkawinan adalah sesuai hukum agama masing-masing. Jadi bagi umat Hindu, melalui proses upacara agama yang disebut “Mekala-kalaan” (natab banten), biasanya dipuput oleh seorang pinandita. Upacara ini dilaksanakan di halaman rumah (tengah natah) karena merupakan titik sentral kekuatan “Kala Bhucari” sebagai penguasa wilayah madyaning mandala perumahan. Makala-kalaan berasal dari kata “kala” yang berarti energi. Kala merupakan manifestasi kekuatan kama yang memiliki mutu keraksasaan (asuri sampad), sehingga dapat memberi pengaruh kepada pasangan pengantin yang biasa disebut dalam “sebel kandel”.
Dengan upacara mekala-kalaan sebagai sarana penetralisir (nyomia) kekuatan kala yang bersifat negatif agar menjadi kala hita atau untuk merubah menjadi mutu kedewataan (Daiwi Sampad). Jadi dengan mohon panugrahan dari Sang Hyang Kala Bhucari, nyomia Sang Hyang Kala Nareswari menjadi Sang Hyang Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih.
Jadi makna upacara mekala-kalaan sebagai pengesahan perkawinan kedua mempelai melalui proses penyucian, sekaligus menyucikan benih yang dikandung kedua mempelai, berupa sukla (spermatozoa) dari pengantin laki dan wanita (ovum) dari pengantin wanita.
Peralatan yang digunakan dalam perkawinan adat Bali
1.     Sanggah Surya
Di sebelah kanan digantungkan pisang (biyu lalung) dan di sebelah kiri sanggah digantungkan sebuah kulkul berisi berem. Sanggah Surya merupakan niyasa (simbol) stana Sang Hyang Widhi Wasa, dalam hal ini merupakan stananya Dewa Surya dan Sang Hyang Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih.
Pisang (Biyu lalung) adalah simbol kekuatan purusa dari Sang Hyang Widhi dan Sang Hyang Purusa ini bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Jaya, sebagai dewa kebajikan, ketampanan, kebijaksanaan simbol pengantin pria.
Kulkul berisi berem simbol kekuatan prakertinya Sang Hyang Widhi dan bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Ratih, dewa kecantikan serta kebijaksanaan simbol pengantin wanita.
2. Kelabang Kala Nareswari (Kala Badeg)
Simbol calon pengantin, yang diletakkan sebagai alas upakara mekala-kalaan serta diduduki oleh kedua calon pengantin.
3.     Tikeh Dadakan (tikar kecil)
Tikeh dadakan diduduki oleh pengantin wanita sebagai simbol selaput dara (hymen) dari wanita. Kalau dipandang dari sudut spiritual, tikeh dadakan adalah sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan yoni).
4.     Keris
Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) calon pengantin pria. Biasanya nyungklit keris, dipandang dari sisi spritualnya sebagai lambang kepurusan dari pengantin pria.
5. Benang Putih
Dalam mekala-kalaan dibuatkan benang putih sepanjang setengah meter, terdiri dari 12 bilahan benang menjadi satu, serta pada kedua ujung benang masing-masing dikaitkan pada cabang pohon dapdap setinggi 30 cm.
Angka 12 berarti simbol dari sebel 12 hari, yang diambil dari cerita dihukumnya Pandawa oleh Kurawa selama 12 tahun. Dengan upacara mekala-kalaan otomatis sebel pengantin yang disebut sebel kandalan menjadi sirna dengan upacara penyucian tersebut.
Dari segi spiritual benang ini sebagai simbol dari lapisan kehidupan, berarti sang pengantin telah siap untuk meningkatkan alam kehidupannya dari Brahmacari Asrama menuju alam Grhasta Asrama.
6. Tegen – tegenan (pikul-pikulan)
Makna tegen-tegenan merupakan simbol dari pengambil alihan tanggung jawab sekala dan niskala. Perangkat tegen-tegenan :
-     Batang tebu berarti hidup pengantin artinya bisa hidup bertahap seperti hal tebu ruas demi ruas, secara manis.
-     Cangkul sebagai simbol Ardha Candra. Cangkul sebagai alat bekerja, berkarma berdasarkan Dharma.
-     Periuk simbol windhu.
-     Buah kelapa simbol brahman (Sang Hyang Widhi).
-     Seekor yuyu (kepiting) simbol bahasa isyarat memohon keturunan dan kerahayuan (kebahagiaan).
7.     Suwun-suwunan (sarana jinjingan)
Berupa bakul yang dijinjing mempelai wanita, yang berisi talas, kunir, beras dan bumbu-bumbuan melambangkan tugas wanita atau istri mengmbangkan benih yang diberikan suami, diharapkan seperti pohon kunir dan talas berasal dari bibit yang kecil berkembang menjadi besar.
8.     Dagang-dagangan / Jual Beli
Melambangkan kesepakatan dari suami istri untuk membangun rumah tangga dan siap menanggung segala Resiko yang timbul akibat perkawinan tersebut seperti kesepakatan antar penjual dan pembeli dalam transaksi dagang.
9.     Sapu lidi (3 lebih)
Simbol Tri Kaya Parisudha. Pengantin pria dan wanita saling mencermati satu sama lain, isyarat saling memperingatkan serta saling memacu agar selalu ingat dengan kewajiban melaksanakan Tri Rna, berdasarkan ucapan baik, prilaku yang baik dan pikiran yang baik, disamping itu memperingatkan agar tabah menghadapi cobaan dan kehidupan rumah tangga.
10. Sambuk Kupakan (serabut kelapa)
Serabut kelapa dibelah tiga, di dalamnya diisi sebutir telor bebek, kemudian dicakup kembali di luarnya diikat dengan benang berwarna tiga (tri datu). Serabut kelapa berbelah tiga simbol dari Triguna (satwam, rajas, tamas). Benang Tridatu simbol dari Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) mengisyaratkan kesucian.
Telor bebek simbol manik. Mempelai saling tendang serabut kelapa (metanjung sambuk) sebanyak tiga kali, setelah itu secara simbolis diduduki oleh pengantin wanita. Apabila mengalami perselisihan agar bisa saling mengalah, serta secara cepat di masing-masing individu menyadari langsung. Selalu ingat dengan penyucian diri, agar kekuatan triguna dapat terkendali. Selesai upacara serabut kalapa ini diletakkan di bawah tempat tidur mempelai.
11.   Tetimpug
Bambu tiga batang yang dibakar dengan api dayuh (daun kelapa kering) yang bertujuan memohon penyupatan dari Sang Hyang Brahma.
Setelah upacara mekala-kalaan selesai dilanjutkan dengan cara membersihkan diri (mandi) hal itu disebut dengan “angelus wimoha” yang berarti melaksanakan perubahan nyomia kekuatan asuri sampad menjadi daiwi sampad atau nyomia bhuta kala Nareswari agar menjadi Sang Hyang Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih agar harapan dari perkawinan ini bisa lahir anak yang suputra.
Setelah mandi pengantin dihias busana agung karena akan natab di bale yang berarti bersyukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Selanjutnya pada hari baik yang selanjutnya akan dilaksanakan upacara Widhi Widana (aturan serta bersyukur kepada Hyang Widhi). Terakhir diadakan upacara pepamitan ke rumah mempelai wanita.
E. Hari Baik
Memilih hari baik dan bulan baik, juga menjadi kepercayaan bagi kalangan adat Bali dalam melangsungkan pernikahan. Itulah sebabnya, pada hari yang telah disepakati bersama, keluarga dan kerabat dekat pihak laki-laki datang ke rumah pihak perempuan untuk menyampaikan keinginan mereka untuk menikahkan anak laki-lakinya dengan anak gadis pihak keluarga perempuan. Setelah kesepakatan tercapai, maka sesuai hari yang telah disepakati, calon pengantin perempuan dijemput untuk dibawa ke kediaman calon pengantin laki-laki.
Penikahan adat Bali melibatkan hampir seluruh keluarga, warga banjar (RT) bahkan desa dan kehidupan social yang bersifat magis-religius sangat kuat. Sudah menjadi tradisi, pagi-pagi menjelang prosesi warga banjar telah sibuk menyiapkan berbagai perlengkapan upacara pernikahan, mulai aneka sesajen, altar suci, serta sanggah(pura keluarga/tempat untuk sembahyang) dipergunakan sebagai tempat berlangsungnya rangkaian upacara.
Pelaksanaan prosesi pernikahan adat Bali atau biasa disebut Pawiwahan diawali dengan penjemputan calon pengantin mempelai wanita oleh pihak keluarga pengantin pria untuk dibawa ke kediaman pihak pengantin pria. Setibanya kedua mempelai (dari penjemput mempelai wanita) di depan pintu pekarangan kediaman keluarga pengantin laki-laki, dilakukan upacara Byekawon dipimpin oleh Jero Balian atau Jero Mangku.
F.      SUCI HATI, SUCI DIRI
Mengawali kehidupan sebagai pasangan dengan kesucian. Itulah sebabnya, upacara Madengen-dengen atau Mekala-kalaan yang memiliki makna dan tujuan ‘membersihkan dan mensucikan ‘kedua mempelai merupakan bagian terpenting dalam rangkaian upacara pernikahan adat Bali. Upacara ini juga merupakan wujud pesaksian di hadapan Tuhan disaksikan para kerabat dan masyarakat setempat.
Dipandu oleh Balian atau Pemangku, maka kedua mempelai dipimpin ke tempat upacara, melakukan upacara sesuai dengan tata cara menurut Hindu Bali. Makala-kalaan secara simbolis bertujuan untuk membersihkan mempelai dari pengaruh energi negative.
Sejatinya, makna upacara Mekala-kalaan adalah suatu pengesahan perkawinan kedua mempelai melalui proses penyucian jasmani maupun rohani, untuk memasuki kehidupan berumah tangga menuju keluarga bahagia dan sejahtera.
Bunyi genta dari tangan sang Pendeta menandakan dimulainya ritual upacara pernikahan yang dinyanyikan oleh warga Banjar, menghadirkan nuansa amat sakral. Bau wangi dari asap dupa mengiringi khidmat pasangan pengantin yang menerima percikan air suci dari sang pemimpin upacara. Komitmen pasangan pria dan wanita untuk kehidupan berumah tangga di sinilah bermula.
G. URUTAN PROSESI MEKALA-KALAAN
1. Menyentuhkan kaki pada kala sepetan
Pasangan mempelai berjalan mengiringi sanggar pesaksi, kemulan dan penegteg sebanyak tiga kali putaran. Kedua mempelai menyetuhkan kakinya pada kala sepetan. Pada ritual ini, mempelai pria memikul tegen-tegenan, sedangkan pengantin wanita menjunjung bakul perdagangan.
Makna : Merupakan simbolisasi untuk membersihkan dirinya terutama sukla swanita mereka.
2. Jual Beli
Mempelai pria berbelanja, sementara pengantin wanita menjual segala isi dagangan yang ada dalam bakul yang dijinjingnya.
Makna : Upacara jual beli yang dilakukan antara kedua mempelai merupakan simbolisasi bahwa kehidupan rumah tangga suami dan istri saling memberi dan mengisi dan akhirnya tercapailah keinginan dan tujuan kehidupan keluarga yang sejahtera.
3. Menusuk Tikeh Dadakan
Sesuai prosesi jual beli, berlanjutdengan ritual pengantin pria dengan kerisnya menusuk atau merobek tiker kecil terbuat dari anyaman daun pandan muda (tikeh dadakan) yang di pegang mempelai wanita.
Makna : Bila ditinjau dari sisi spiritual, anyaman tikar kecil pandan merupakan simbolisasi kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan Yoni); secara keris adalah simbolisasi dari kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) dari pengantin pria.
4. Memutuskan Benang
Rangkaian prosesi dilakukan dengan menanam kunyit, keladi/talas, dan andong dibelakang merajan/sanggah (tempat sembahyang keluarga); kemudian dilanjutkan dengan memutuskan benang putih yang terentang pada cabang dadap(papegatan).
Makna : Ritual menanam adalah suatu simbol untuk menanam bibit untuk melanggengkan keturunan keluarga. Memutus benang putih bermakna bahwa kedua mempelai telah melampaui masa remajanya, dan kini memasuki kehidupan baru.
5. Upacara Natab Banten Beduur (Mewidi Widana)
Prosesi yang dilakukan sesuai ritual Mekala-kalaan ini merupakan penyempurna dalam rangkaian acara Wiwaha, dipimpin oleh pimpinan upacara (Sulinggih/Ida Peranda). Setelah sembahyang di depan bebanten/sajen, lalu kedua mempelai melakukan sembahyang di tempat pemujaan/pura keluarga, dipimpin olehpemangku sanggah dan diantar oleh para pini sepuh. Dengan dipandu oleh Pendeta Brahmana, prosesi ini adalah untuk menyampaikan kepada para leluhur, bahwa ada satu pendatang batu yang akan menjadi anggota keluarga dan akan melanjutkan keturunannya. Semua itu sebagai pertanda sahnya pernikahan pasangan pengantin di hadapan Tuhan, adat, dan masyarakat.
6.   Upacara Ma Pejati/Majauman
Prosesi ini juga disebut upacar Mepamit/berpamitan atau perpisahan yang dilakukan di sanggah (tempat sembahyang keluarga) pihak pengantin wanita. Makna dari upacara ini adalah untuk minta pamit kepada para leluhur pihak mempelai wanita, karena sekarang sudah menikah dan menjadi milik atau tanggungjawab keluarga pengantin pria. Ritus ini merupakan kelanjutan dari dua upacara pokok yang telah diuraikan sebelumnya. Pada hari yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, keluarga laki-laki dan keluarga perempuan, maka keluarga pengantin diiringi oleh kerabat dekat serta handai taulan serta kedua mempelai, datang ke keluarga wanita. Rombongan membawa banten/sesajen tertentu , antara lain alem, ketipat bantal, sumping, cerorot, apem, kuskus, wajik, dll, serta tak ketinggalan aneka rupa jajanan tradisional warna putih dan merah. Tradisi dan budaya setiap daerah, dalam hal ini Pulau Dewata Bali, merupakan wujud keindahan, keragaman sekaligus kekayaan di negeri Indonesia. Semakin kita mengenalnya, tentu kekaguman untuk tetap melestarikan akan selalu terpatri di dada.
H.      Pecatatan perkawinan secara sipil
Tahapan yang dijelaskan di atas adalah tahapan upacara perkawinan menurut adat Bali. Namun sebagai warga negara Indonesia pasangan yang menikah harus mempunyai Surat Akta Pernikahan dari Kantor Catatan Sipil. Surat ini akan digunakan pada saat berurusan dengan pemerintahan Indonesia, misalnya untuk mencari Surat Keterangan Lahir bagi anak-anaknya nanti.
BAB IV
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Semua tahapan perkawinan adat Bali dilakukan di rumah pengantin pria. Baru setelah beberapa hari resmi menikah, pengantin wanita akan diantarkan kembali pulang ke rumahnya untuk meminta izin kepada orang tua agar bisa tinggal bersama suami.
Perkawinan bagi masyarakat Bali menjadi bagian dalam sebuah persembahan suci kepada Tuhan. Budaya Bali juga mengenal jenis perkawinan ngerorod / merangkat / ngelayas yang merupakan cerminan kebebasan wanita Bali untuk memilih dan menentukan jodohnya. Masyarakat Bali juga memberlakukan sistem patriarki, karena dalam pelaksanan upacara perkawinan semua biaya yang dikeluarkan untuk hajatan tersebut menjadi tanggung jawab pihak keluarga laki – laki.
Disamping itu, masyarakat Bali juga masih mengenal sistem kasta dimana mereka yang berasal dari kasta yang lebih tinggi biasanya akan tetap menjaga anak gadis atau anak jejakanya agar jangan sampai menikah denagnkasta yang lebih rendah.
Dalam pelaksanaan perkawinan, setelah hari baik, termasuk jam baik yang cocok dengan hari itu, ditentukan untuk melangsungkan tahapan upacara, kedua pihak keluarga yang punya hajat menikahkan anak mereka bersiap melakukan sejumlah serangkaian tahapan adat perkawinan
B.     SARAN – SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat memahami mengenai perkawinan menurut adat Bali, serta mengetahui tentang beraneka ragamnya jenis perkawinan dan tata caranya serta bentuk perkawinan yang ada dalam masyarakat Bali.

Belajar Agama Hindu

Pengertian agama dilihat dari segi terminologis yaitu kepercayaan / keyakinan seseorang / manusia terhadap Tuhannya.
sedangkan pengertian agama dilihat dari sisi etimologis (asal usul kata) yaitu berasal dari suku kata “A” yang berarti tidak, “Gam” atau Go yang berarti pergi, jadi Agama dapat diartikan sebagai sesuatu yang abadi, tetap kekal yang disebut Sanatana Dharma.
Sanatana Dharma adalah nama asli dari agama Hindu dimana kata Hindu sebenarnya adalah penyebutan suatu peradaban yang berada atau berkembang dilembah sungai sindu di India.
Dalam ajaran Sanatana Dharma atau agama Hindu dikenal tiga aspek  dasar yaitu :
  1. Agama = A = Ajaran, di dalam ajaran agama terkandung nilai-nilai atau sesuatu yang dipandang baik.
  2. Igama = I (Idep) = Sesuatu yang ditaati atau dikiuti, dalam Igama mengandung norma-norma yaitu sesuatu yang dibolehkan atau dilarang.
  3. Ugama = U (Ulah) = Perbuatan yang mengimplementasikan ajaran agama, di dalam ugama memuat ketentuan atau  aturan-aturan.
Dalam agama Hindu terdapat tiga kerangka yakni :
  1. Tattwa (filsafat) → agama → nilai-nilai.
  2. Susila (etika) → Igama → norma-norma.
  3. Upacara → Ugama → ketentuan-ketentuan. upacara berbeda dengan upakara (upacara berasal dari kata Upa = dekat dan cara = tradisi, sedangkan upakara berasal dari kata Upa = dekat dan kara = Perbuatan).
Contoh dari ketiga aspek tersebut yaitu dalam pembuatan banten untuk upacara dalam hal penggunaan telur, agar memperlihatkan satu kesatuan maka telur yang digunakan disini adalah telur bebek, mengapa telur bebek yang digunakan? karena bebek menurut filosofinya merupakan binatang suci. dimana bebek dapat memilih sendiri makanannya didalam lumpur, ia dapat mengetahui dengan pasti yang mana makanannya dan yang mana bukan makanannya.
Agama sebagai Ageman
mengapa agama sebagai ageman? ageman yaitu sesuatu yang harus dipegang baik dan jangan sampai lepas. Pengertian agama sebagai ageman yaitu sesuatu ajaran-ajaran yang dipegang oleh seseorang. Agama berwujud sebagai nilai, norma, ketentuan yang diageman. Norma dalam hal pindah agama adalah dilarang, dimana diatur sebagai ketentuan yang termuat dalam Kitab Manawa Dharma Sastra → Adiyaya XI Sloka 57 yaitu Pindah agama merupakan suatu perbuatan yang disamakan dosanya dengan :
  • Melupakan Veda
  • Menentang Veda
  • Memakan makanan yang dilarang
  • Menelan makanan yang dilarang
  • Membunuh teman sendiri
  • Memberi kesaksian palsu
Selain kitab Manawa Dharma Sastra, Pindah agama juga dilarang dalam Lontar Putra Sesana dimana bermakna :
  1. Kewajiban sebagai seorang anak terhadap orang tuanya adalah menyenangkan atau membahagiakan orang tuanya, yang salah satunya di contohkan dengan tidak meninggalkan Dharma (agama). dimana seseorang dalam hidup mempunyai tiga macam hutang yang disebut dengan Tri Rnam yang terbagi atas → Hutang bhakti terhadap Tuhan, → Hutang bhakti terhadap ortu / leluhur, dan → hutang bhakti terhadap Guru.
  2. Sebagai ortu mempunyai hutang budi terhadap Tuhan yang tidak pernah lunas walaupun telah meninggal dunia. sehingga hutang tersebut diwariskan kepada anak / keturunannya. itulah sebabnya kenapa mayat tidak dibawa ke Pura? yaitu karena hutang / kewajibannya diteruskan  kepada anak atau keturunannya.
selain dua diatas pindah agama juga diatur dalam pasal 6 ayat 2 GHR dikatakan bahwa perkawinan pada azasnya seorang istri tunduk pada agama suaminya. (ini juga mengandung makna bahwa perkawinan beda agama adalah dilarang).
Agama sebagai identitas diri
identitas → identite → tanda pengenal diri / ciri yaitu cara mengungkapkan identitas yang dapat dilakukan dengan :
  • Mengucapkan salam (Om Swastyastu).
  • Dalam wujud pemberian nama, dimana nilai-nilai yang terkandung dalam pemberian nama adalah Panca Warga → yang terdiri dari ortu dan tiga orang anak. (→ anak pertama biasa disebut : Wayan, Putu, Gede; → anak kedua biasa disebut : Kadek, Made = Madya (tengah); → dan anak ketiga yang biasa disebut Nyoman = termuda).
  • Dalam lingkup seperlunya yaitu bahasa, dimana dalam lingkungan orang Bali bahasa yang digunakan ada dua yakni bahasa Indonesia → sebagai bahasa komunikasi, dan bahasa daerah (Bali) → sebagai bahasa komunikasi dan bahasa Rasa.
Agama Hindu Sebagai Agama Ajaran Bukan Agama Hukum (Syariah).
agama Hindu sebagai agama syariah (hukum) dapat di umpamakan salah satu contohnya misalnya Agama Hukum kalau bulan puasa muncul atau ada tanda-tanda tertentu maka diwajibkan hukumnya untuk berpuasa, dalam hal puasa diatur berbagai ketentuan atau larangan yang dapat membatalkan puasa misalnya menelan ludah, menyentuh makanan, atau minum air.
sedangkan dalam agama Hindu ketika kita melaksanakan ibadah puasa dan kebetulan bertepatan dengan ibadah di pura maka sewaktu kita nunas tirta / minum tirta maka perbuatan tersebut tidaklah membatalkan puasa yang kita laksanakan.
Mengapa manusia beragama ?
manusia beragama mengandung maksud dan tujuan yaitu agar setiap orang dapat berbuat baik sebagai mana kepercayaannya. dimana menurut hindu pada kehidupan sehari-hari terdapat empat macam norma yakni :
  1. Norma Kesusilaan.
  2. Norma Kesopanan.
  3. Norma Agama.
  4. Norma Hukum.
tujuan agama Hindu yaitu Moksartam Jagad Hita Ya Ca Iti Dharma (tujuan tertinggi dari dharma / agama adalah untuk mencapai moksa atau  kebebasan dalam hal dapat menyatunya atman dengan sang pencipta atau brahman).
kehidupan manusia terbagi atas dua yaitu :
  1. manusia sewaktu hidup → dapat ditempuh dengan pengetahuan terhadap ajaran weda atau agama (Apara Veda).
  2. manusia sewaktu mati → dapat ditempuh dengan Para Veda atau pengetahuan spiritual.
Para Veda → Sruti
Apara Veda → Smerti
contoh bahwa roh merasa sakit jika dianiaya misalnya ketika kita mimpi jatuh atau tabrakan karena itu kita bisa terbangun, nah disitulah kita bisa membuktikan bahwa roh juga merasakan sakit.
Agama Hindu disebut filsafat veda karena agama Hindu memiliki tiga kerangka yaitu :
  1. Tattwa → Filsafat
  2. Susila → Sarascamuscaya, Slokartara
  3. Upacara → Lontar widsi
Dalam ajaran agama Hindu sebagai sumber ajaran yaitu terdapat dalam Catur Veda yaitu :
  1. Reg Veda
  2. Sama Veda
  3. Yajur Veda
  4. Atarwa Veda
Sumber kebenaran Hindu berasal dari dua yaitu :
  1. Dharma
  2. Rta → Natural Law → universal umum
apa yang membedakan antara Rta dan Dharma? Rta → merupakan hukum alam (natural law) bersifat umum bahwa semua yang ada di dunia ini memiliki hukum alam yang bersifat abadi.
contoh dari hukum Rta ini :
→ Matahari terbit di timur dan terbenam di barat.
→ Manusia lahir, hidup dan mati.
sedangkan Dharma merupakan sumber kebenaran yang terdiri dari :
  1. Sruti
  2. Smerti
  3. Sila
  4. Acara
  5. Atmanastuti
yang kesemuanya ini juga termuat dalam Kitab Manawadarma Sastra II Sloka ke 6. selain dari ke 5 sumber kebenaran dharma tersebut juga ada sumber kebenaran lain yang biasa disebut Nibanda..
dari urutan tersebut diatas kedudukan Sruti adalah yang tertinggi. sruti merupakan sumber kebenaran dari Smerti, Sila, Acara, Atmanastuti, dimana sruti adalah sumber kebenaran dharma dan sumber semua sumber kebenaran yang ada dibawahnya. Karena Sruti → merupakan wahyu yang termuat dalam Veda yang biasa disebut catur veda. sehingga yang harus diikuti dalam mencari dan menjalani kebenaran adalah sruti bukanlah smerti.
Contohnya Sruti mengatur tentang Catur warna →
  1. Brahmana → orang yang bekerja dalam lingkungan Tuhan.
  2. Ksatria → orang yang bekerja dalam lingkungan pemerintahan.
  3. Waisya → orang yang bekerja dalam lingkungan swasta.
  4. Sudra → orang yang bekerja dalam lingkungan kasar.
ini sangat berbeda dengan Smerti yang mengatur tentang pembagian kasta berdasarkan hal tersebut diatas.
Kebenaran Sruti difokuskan bagi orang-orang yang lebih mengejar spiritual berbeda dengan Smerti yang difokuskan bagi orang-orang yang mengejar materiel.
Sila → merupakan tingkah laku orang-orang suci yang mempunyai tingkah laku yang baik.
Acara → tradisi / adat kebiasaan yang bersifat lokal sesuai dengan masyarakat setempat.
dalam Manawa Dharma Sastra Adiyaya 95 Sloka 11 bunyinya :
“Tradisi yang tidak bersumber kepada Sruti itu dianggap sebagai tindakan pada sumber kegelapan / kebodohan yang tidak akan mendapatkan materiel dikemudian hari” contohnya di Bali di Sesetan pada waktu ngembak geni saling mediman. ini merupakan tradisi yang sudah tidak sesuai lagi dengan Sruti.
Atmanastuti → terdiri dari dua kata yaitu atman → roh yang ada dalam diri kita dan tusti → kepuasan sehingga atmanastuti adalah kepuasan kebenaran yang berada dalam diri kita / roh.
dalam Manawa Dharma Sastra juga ada lembaga untuk menangani kepuasan ini yaitu Parisadha.
Nibandha → pendapat para ahli dalam bidangnya contoh dibidang hukum :
pencurian apa yang dimaksud pencurian ? dan apa unsur-unsur dari pencurian itu ?
→ Dalam Agama Hindu diajarkan mengenai Tri Hita Karana, apakah anda tahu pengertian Tri Hita Karana ?
  • Tri → berarti Tiga
  • Hita → berarti bahagia
  • Karana → berarti sebab
sehingga Tri Hita Karana dapat didefenisikan sebagai tiga hubungan yang harmonis antara manusia dengan penciptanya, antara manusia dengan sesama, dan antara manusia dengan lingkungannya.
→ Lima langkah untuk mencapai kesadaran atman :
  1. Adiaksa → tindakan yang biasa dilakukan pada hal-hal yang baik.
  2. Santana → dengan cara mensyukuri segala rahmat Tuhan.
  3. Deaga → dengan keikhlasan
  4. Wairaja → dengan hal-hal yang tidak bersifat duniawi.
  5. Stita pratnyca → menseimbangkan hal-hal yang bersifat duniawi dengan rohani.
→ Teologi dalam Agama Hindu :
Agama Hindu merupakan Agama ajaran yang bersumber dari Tuhan, walaupun ada yang menyatakan agama hindu adalah agama dari langit, agama hindu pemuja patung, dll. kesemua pandangan tersebut sangat keliru dan sangat tidak menghormati akan keberadaan agama hindu dalam masyarakat. dimana sebenarnya agama Hindu adalah agama ajaran, agama hindu adalah agama budaya yang konsep utama dari ajaran agama hindu adalah kepercayaan. yang termuat dalam ajaran panca Sradha.
kepercayaan  disini dapat dipuja dalam bentuk abstrak dan juga dalam bentuk nyata. kepercayaan-kepercayaan dalam agama hindu meliputi :
  1. Brahman → percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, dalam berbagai manifestasinya.
  2. Atman → agama Hindu percaya akan adanya atman / roh yang menghidupi setiap mahkluk di alam semesta ini.
  3. Punarbawa → agama Hindu percaya akan terjadinya kelahiran berulang-ulang atau reinkarnasi / samsara, setelah kematian. (hukum rta : lahir → hidup → mati → lahir → dst)
  4. Karmapala → agama Hindu percaya bahwa setiap perbuatan ada hasil yang akan di peroleh.
  5. Moksa → agama Hindu percaya akan adanya Moksa → yaitu alam kebebasan atau kelepasan atman, dimana atman bersatu atau menyatu dengan brahman atau sang pencipta.

Doa Sehari-Hari Agama Hindu

DOA SEHARI-HARI MENURUT HINDU :
NOMACAM DOATERJEMAHANNYA
1DOA BARU BANGUN PAGI :
OM JAGRASCA PRABHATA KALASCA YA NAMAH SWAHA
OH HYANG WIDHI, HAMBA MEMUJA MU, BAHWA HAMBA TELAH BANGUN PAGI DALAM KEADAAN SELAMAT
2DOA MANDI :
a. CUCI MUKA :
OM CAM CAMANI YA NAMAH SWAHA
OM WAKTRA PARISUDAHA YA NAMAH SWAHA
YA TUHAN, HAMBA MEMUJAMU, SEMOGA MUKA HAMBA MENJADI BERSIH
b. MENGGOSOK GIGI :
OM RAHPHAT ASTRAYA NAMAH
OM SRI DEWI BHATRIMSA YOGINI NAMAH
YA TUHAN, SUJUD HAMBA KEPADA DEWI SRI, BHATARI YOGINI, SEMOGA BERSIHLAH GIGI HAMBA
c.   BERKUMUR :
OM ANG WAKTRA PARISUDHAMAM SWAHA
YA TUHAN, SEMOGA BERSIHLAH MULUT HAMBA
d.  MEMBERSIHKAN KAKI :
OM AM KHAM KHASOLKHAYA ISWARAYA NAMAH SWAHA
YA TUHAN, SEMOGA BERSIHLAH KAKI HAMBA
e.   MANDI :
OM GANGGA AMRTA SARIRA SUDHAMAM SWAHA
OM SARIRA PARISUDHAMAM SWAHA
YA TUHAN, ENGKAU ADALAH SUMBER KEHIDUPAN ABADI NAN SUCI, SEMOGA BADAN HAMBA MENJADI BERSIH DAN SUCI
3DOA PADA WAKTU MENGENAKAN PAKAIAN :
OM TAM MAHADEWAYA NAMAH SWAHA
OM BHUSANAM SARIRABHYO PARISUDHAMAM SWAHA
TUHAN DALAM PERWUJUDANMU SEBAGAI TAT PURUSHA, DEWA YANG MAHA AGUNG, HAMBA SUJUD KEPADAMU DALAM MENGGUNAKAN PAKAIAN INI. SEMOGA PAKAIAN HAMBA MENJADI BERSIH DAN SUCI
4DOA DIWAKTU MAKAN :
a. MENGHADAPI MAKANAN :
OM ANG KANG KASOLKAYA ICA NA YA NAMAH SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA DEWA BHUTA PRADHANA PURUSA SANG YOGA YA NAMAH
OH HYANG WIDHI YANG BERGELAR ICANA (BERGERAK CEPAT) PARA DEWA BHUTAN, DAN UNSUR PRADHANA PURUSA, PARA YOGI, SEMOGA SENANG BERKUMPUL MENIKMATI MAKANAN INI
b.  YADNYA SESA :
OM SARWA BHUTA SUKKA PRETEBHYAH SWAHA
OH HYANG WIDHI, SEMOGA PARA BHUTA SENANG MENIKMATI MAKANAN INI DAN SESUDAHNYA SUPAYA PERGI, TIDAK MENGGANGGU
c.   MULAI MAKAN :
OM ANUGRAHA AMRTADI SANJIWANI YA NAMAH SWAHA
OH HYANG WIDHI, SEMOGA MAKANAN INI MENJADI AMERTA YANG MENGHIDUPKAN HAMBA
d.  SESUDAH MAKAN :
OM DIR GHAYUR ASTU, AWIGHNAM ASTU, çUBHAM ASTU
OM SRIYAM BHAWANTU, SUKKAM BHAWANTU, PURNAM BHAWANTU, KSAMASAMPURNA YA NAMAH SWAHA
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM
OH HYANG WIDHI, SEMOGA HAMBA PANJANG UMUR, TIADA HALANGAN, SELALU BAHAGIA, TENTRAM, SENANG DAN SEMUA MENJADI SEMPURNA
OH HYANG WIDHI, SEMOGA DAMAI, DAMAI, DAMAI, SELALU
5DOA MEMULAI PEKERJAAN :
OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDHAM
OM SIDHIRASTU TAD ASTU SWAHA
YA TUHAN, SEMOGA ATAS BERKENANMU, TIADA SUATU HALANGAN BAGI HAMBA MEMULAI PEKERJAAN INI DAN SEMOGA BERHASIL BAIK
6DOA SELESAI BEKERJA / BERSYUKUR :
OM DEWA SUKSMA PARAMA ACINTYA YA NAMAH SWAHA, SARWA KARYA PRASIDHANTAM
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
YA TUHAN, DALAM WUJUD PARAMA ACINTYA YANG MAHA GAIB DAN MAHA KARYA, HANYA ATAS ANUGRAHMULAH MAKA PEKERJAAN INI BERHASIL DENGAN BAIK
SEMOGA DAMAI, DAMAI DI HATI, DAMAI DI DUNIA, DAMAI SELAMANYA
7DOA MOHON BIMBINGAN :
OM ASATO MA SADYAMAYA TAMASO MA JYOTIR GAMAYA MRTYOR MA AMRTAM GAMAYA
OM AGNE BRAHMA GRBHNISWA DHARUNAMA SYANTA RIKSAM DRDVAMHA
BRAHMAWANITWA KSATRAWANI SAJATA
WAHYU DADHAMI BHRATRWYASYA WADHYAYA
TUHAN YANG MAHA SUCI BIMBINGLAH HAMBA DARI YANG TIDAK BENAR MENUJU YANG BENAR. BIMBINGLAH HAMBA DARI KEGELAPAN MENUJU CAHAYA PENGETAHUAN YANG TERANG. LEPASKANLAH HAMBA DARI KEMATIAN MENUJU KEHIDUPAN YANG ABADI. TUHAN YANG MAHA SUCI. TERIMALAH PUJIAN YANG HAMBA PERSEMBAHKAN MELALUI WEDA MANTRA DAN KEMBANGKANLAH PENGETAHUAN ROHANI HAMBA AGAR HAMBA DAPAT MENGHANCURKAN MUSUH YANG ADA PADA HAMBA (NAFSU). HAMBA MENYADARI BAHWA ENGKAULAH YANG BERADA DALAM SETIAP INSANI (JIWATMAN), MENOLONG ORANG TERPELAJAR, PEMIMPIN NEGARA DAN PARA PEJABAT. HAMBA MENUJU ENGKAU SEMOGA MELIMPAHKAN ANUGERAH KEKUATAN KEPADA HAMBA
8DOA MOHON INSPIRASI :
OM PRANO DEWI SARASWATI WAJEBHIR WAJINIWATI DHINAM AWINYAWANTU
YA TUHAN DALAM MANIFESTASI DEWI SARASWATI, HYANG MAHA AGUNG DAN MAHA KUASA, SEMOGA ENGKAU MEMANCARKAN KEKUATAN ROHANI, KECERDASAN PIKIRAN, DAN LINDUNGILAH HAMBA SELAMA-LAMANYA
9DOA MOHON KECERDASAN :
OM PAWAKANAH SARASWATI WAJEBHIR WAJINIWATI YAJNAM WASTU DHIYAWASUH
YA TUHAN, SEBAGAI MANIFESTASI DEWI SARASWATI, YANG MAHA SUCI, ANUGERAHILAH HAMBA KECERDASAN DAN TERIMALAH PERSEMBAHAN HAMBA INI
10a. DOA WAKTU MULAI MEMBACA KITAB AGAMA (VEDA) :
OM NARAYANA, OM SARASWATI JAYA
OH HYANG WIDHI, NARAYANA OH HYANG WIDHI (SARASWATI) SEMOGA HAMBA MENANG (BERHASIL) JAYA
b.   DOA MULAI BELAJAR :
OM PURWE JATO BRAHMANO BRAHMACARI DHARMAM WASANAS TAPASODATISTAT TASMAJJATAM BRAHMANAM BRAHMA IYESTHAM DEWASCA SARWE AMRTTNA SAKAMA
YA TUHAN, MURIDMU HADIR DIHADAPANMU, OH BRAHMAN YANG BERSELIMUTKAN KESAKTIAN DAN BERDIRI SEBAGAI PERTAMA, TUHAN, ANUGRAHKANLAH PENGETAHUAN DAN PIKIRAN YANG TERANG. BRAHMAN YANG AGUNG, SETIAP MAHKLUK HANYA DAPAT BERSINAR BERKAT CAHAYAMU YANG SENANTIASA MEMANCAR
11DOA MENGHENINGKAN CIPTA :
OM MATA BHUMIH PUTRO AHAM PRTHIVYAH
YA TUHAN, SEMOGA KAMI MENCINTAI TANAH AIR INI SEBAGAI IBU DAN HAMBA ADALAH PUTRA-PUTRANYA YANG SIAP SEDIA MEMBELA SEPERTI PARA PAHLAWAN KAMI
12DOA MEMOTONG HEWAN :
OM PASU PASAYA WIMAHE SIRASCADAYA DHIMAHI TANO JIWAH PRACODAYAT
SEMOGA ATAS BERKENAN DAN BERKAHMU PARA PEMOTONG HEWAN DALAM UPACARA KURBAN SUCI INI BESERTA ORANG-ORANG YANG TELAH BERDANA PUNIA UNTUK YADNYA INI MEMPEROLEH KESEJAHTERAAN DAN KEBAHAGIAAN. TUHAN HAMBA MEMOTONG HEWAN INI SEMOGA ROHNYA MENJADI SUCI
13DOA MENGUNJUNGI ORANG SAKIT :
OM SARWA WIGHNA SARWA KLESA SARWA LARA ROGA WINASAYA NAMAH
YA TUHAN SEMOGA SEGALA HALANGAN, SEGALA PENYAKIT, SEGALA PENDERITAAN DAN GANGGUAN ENGKAU LENYAPKAN SEMUANYA
14DOA MENDENGAR ATAU MELAYAT ORANG MATI :
OM SWARGANTU, MOKSANTU, SUNYANTU, MURCANTU,
OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SWAHA
YA TUHAN YANG MAHA KUASA, SEMOGALAH ARWAH YANG MENINGGAL MENDAPAT SORGA, MENUNGGAL DENGANMU, MENCAPAI KEHENINGAN TANPA DERITA.
YA TUHAN AMPUNILAH SEGALA DOSANYA, SEMOGA IA MENCAPAI KESEMPURNAAN ATAS KEKUASAAN DAN PENGETAHUAN SERTA PENGAMPUNANMU
15DOA PEMBUKA RAPAT/PERTEMUAN :
OM SAM GACCHADWAM SAMWADADWAM SAM WO MANAMSI JANATAM DEWA BHAGAM YATHA PURWE SAMJANANA UPASATE
OM SAMANI WA AKUTIH SAMANA HRDAYANI WAH SAMANAM ASTU WO MANO YATHA WAH SUSAHASATI
OM ANO BHADRAH KRATTAWOYANTU WISTAWAH
YA TUHAN, HAMBA BERKUMPUL DI TEMPAT INI HENDAK BICARA SATU DENGAN YANG LAIN UNTUK MENYATUKAN PIKIRAN SEBAGAIMANA HALNYA PARA DEWA SELALU BERSATU. YA TUHAN, TUNTUNLAH KAMI AGAR SAMA DALAM TUJUAN, SAMA DALAM HATI, BERSATU DALAM PIKIRAN HINGGA DAPAT HIDUP BERSAMA DALAM SEJAHTERA DAN BAHAGIA. YA TUHAN, SEMOGA PIKIRAN YANG BAIK DATANG DARI SEGALA PENJURU
16DOA MENUTUP RAPAT/PERTEMUAN :
OM MANTRAHINAM KRIYAHINAM BHAKTIHINAM MAHESWARA, YAD PUJITAN MAHADEWA PARIPURNAM TAD ASTU ME

AYUWRDHIR YASOWRIDHIH WRIDHIH PRADNYASUKHASRIYAM DHARMA SANTANA WRDHISCA SANTU TE SAPTA WRDHAYAH



OM DIRGHAYUR NIRWIGHNA SUKHA WRIDHI NUGRAHAKAM
OH ISWARA YANG AGUNG, MANTRA KAMI TIADA SEMPURNA, PERBUATAN KAMI TIADA SEMPURNA PULA. KARENA ITU KAMI MEMUJAMU, OH ISWARA YANG AGUNG, SEMOGA KAMI DIKARUNIAI KESEMPURNAAN (DI DALAM MELAKUKAN TUGAS
OH SANGHYANG WIDHI WASE, BERKAHILAH KAMI DENGAN TUJUH PERPANJANGAN : HIDUP LAMA, NAMA HARUM, ILMU PENGETAHUAN, KEBAHAGIAAN, KESEJAHTERAAN, KEPERCAYAAN, DAN PUTERA-PUTERA UTAMA (SEBAGAI GENERASI PERJUANGAN BANGSA)
OH SANGHYANG WIDHI WASA, SEMOGA KAMI SUKSES TANPA HALANGAN DAN MEMPEROLEH KEBAHAGIAAN ATAS ANUGERAHMU
17DOA PARA PEDAGANG :
OM A WISWANI AMRTA SAUBHAGANI


YA TUHAN, SEMOGA ENGKAU MENGANUGRAHKAN SEGALA KEBERUNTUNGAN YANG MEMBERIKAN KEBAHAGIAAN KEPADA KAMI
18DOA SAAT SAKIT / MOHON PERLINDUNGAN MENGHILANGKAN KEGELISAHAN :
OM TRAYAM BHAKAM YA JAMAHE SUGHAMDIN PUSTHI WARDHANAM UHRWARU KHAM IWA BHANDHANAT MRITYOR MUKHSYA MAMRITAT
OH SANGHYANG WIDHI WASA, YANG MAHA MULIA. KAMI MEMUJAMU, HINDARKANLAH KAMI DARI KERAGUAN INI. BEBASKANLAH KAMI DARI BELENGGU DOSA, BAGAIKAN MENTIMUN LEPAS DARI TANGKAINYA, SEHINGGA KAMI DAPAT BERSATU DENGANMU
19DOA MENGHILANGKAN RASA TAKUT :
OM OM JAYA JIWAT SARIRA RAKSAN DADASIME
OM MJUM SAH WAOSAT MRITYUN JAYA NAMAH SWAHA
OH SANGHYANG WIDHI WASA YANG MAHA JAYA YANG MENGATASI SEGALA KEMATIAN KAMI MEMUJAMU. LINDUNGILAH KAMI DARI MARABAHAYA
20DOA MENGHINDARI MALAPETAKA :
OM SARWA PAPA WINASINI SARWA ROGA WIMOCANE SARWA KLESA WINASANAM SARWA BHOGAM AWAPNUYAT
OM SRIKARE SAPA HUT KARE ROGA DOSA WINASANAM SIWA LOKAM MAHAYASTE MANTRA MANAH PAPA KELAH
OH SANGHYANG WIDHI WASA, TERIMALAH SEGALA PERSEMBAHAN KAMI. ENGKAU MUSNAHKAN SEGALA MALAPETAKA. ENGKAU BEBASKAN SEGALA DERITA, DAN ENGKAU JAUHKAN SEGALA PENYAKIT
OH SANGHYANG WIDHI WASA, ENGKAU YANG DIPUJA SEBAGAI PENGUASA ALAM SEMESTA, ENGKAU MENJIWAI INTI SEGALA MANTRA, BEBASKANLAH SEGALA DOSA DAN DERITA, SERTA TUNTUNLAH KAMI KE JALAN YANG BENAR
21DOA RESEPSI PENGANTIN :
OM IHA IWA STAM MA WI YAUS TAM WISWAM AYUR WYASNUTAM KRIDANTAU PUTRAIR NAPTRBHIH MODAMANAU SWE GRHE
YA TUHAN, ANUGERAHKANLAH KEPADA PASANGAN PENGANTEN INI KEBAHAGIAAN, KEDUANYA TIADA TERPISAHKAN DAN PANJANG UMUR. SEMOGA PENGANTEN INI DIANUGERAHKAN PUTERA DAN CUCU YANG MEMBERIKAN PENGHIBURAN, TINGGAL DI RUMAH YANG PENUH KEGEMBIRAAN
22DOA MOHON KETENANGAN RUMAH TANGGA:
OM WISOWISO WO ATITHIM WAJAYANTAH PURUPRIYAM AGNIM WO DURYAM WACAH STUSE SUSASYA MANMABHIH
YA TUHAN, ENGKAU ADALAH TAMU YANG DATANG PADA SETIAP RUMAH. ENGKAU AMAT MENCINTAI UMATMU. ENGKAU ADALAH SAHABAT YANG MAHA PEMURAH. PERKENANKANLAH HAMBA MEMUJAMU DENGAN PENUH KEKUATAN, DALAM UCAPAN MAUPUN TENAGA DAN DALAM LAGU PUJIAN
23DOA KELAHIRAN BAYI :
OM BRHATSUMNAH PRASAWITA
OM BRHATSUMNAH PRASAWITA NIWESANO JAGATAH STHATURUB HAYASYA YO WASI SANO DEWAH SAWITA SARMA YACCHA TWASME KSAYAYA TRIWARUTHAM AMHASAH
YA TUHAN YANG MAHA PENGASIH, YANG MEMBERI KEHIDUPAN PADA ALAM DAN MENEGAKKANNYA. IA MENGATUR YANG BERGERAK MAUPUN YANG TIDAK BERGERAK SEMOGA IA MEMBERI RAHMATNYA KEPADA KAMI UNTUK KETENTRAMAN HIDUP DENGAN KEMAMPUAN UNTUK MENGHINDARI KEKUATAN YANG JAHAT
24DOA ULANG TAHUN KELAHIRAN :
OM DIRGAYURASTU TAD ASTU ASTU SWAHA
OH SANGHYANG WIDHI WASA SEMOGA BAHAGIA DAN PANJANG UMUR ATAS KARUNIAMU
25DOA MENOLAK BAYAYA :
OM OM ASTA MAHA BAYAYA
OM SARWA DEWA, SARWA SANJATA, SARWA WARNA YA NAMAH,
OM ATMA RAKSAYA, SARWA SATRU, WINASAYA NAMAH SWAHA
OH SANGHYANG WIDHI WASA PENAKLUK SEGALA MACAM BAHAYA DARI SEGALA PENJURU, HAMBA MEMUJAMU DALAM WUJUD SINAR SUCI DENGAN BERANEKA WARNA DAN SENJATA YANG AMPUH. OH SANGHYANG WIDHI WASA LINDUNGILAH JIWA KAMI. SEMOGA SEMUA MUSUH BINASA
26DOA SEBELUM TIDUR :
OM ASATO MA SAT GAMAYA, TAMASO MA JYOTIR GAMAYA MRITYOR MAMRITAN GAMAYA
OH SANGHYANG WIDHI WASA, TUNTUNLAH KAMI DARI JALAN SESAT KE JALAN YANG BENAR, DARI JALAN GELAP KE JALAN YANG TERANG HINDARKAN KAMI DARI KEMATIAN MENUJU KEHIDUPAN SEJATI
27DOA SEBELUM MELAKUKAN HUBUNGAN SUAMI ISTRI (BERSENGGAMA):
OM KRUNG KAMA SUPURNA DEWATA MANGGALA YA NAMAH SWAHA
YA TUHAN, DEWA ASMARA YANG AMAT SUCI YANG TERUTAMA KAMI HORMATI
DOA PENGASTAWA :
NOMACAM DOATERJEMAHANNYA
1ASANA (SIKAP SEMPURNA) :
OM PRASADA STHITI ÇARIRA ÇIWA SUCI NIRMALA YA NAMAH SWAHA

OH HYANG WIDHI DALAM WUJUD SIWA, SUCI TAK TERNODA, HORMAT HAMBA TELAH DUDUK DENGAN TENANG
2PRANAYAMA (MENGATUR NAFAS) :
a. PURAKA (TARIK NAFAS) :
OM ANG NAMAH
b. KUMBAKA (TAHAN NAFAS) :
OM UNG NAFAS
c. RECAKA (KELUARKAN NAFAS) :
OM MANG NAMAH

OH HYANG WIDHI DALAM AKSARA ANG PENCIPTA, HAMBA HORMAT
OH HYANG WIDHI DALAM AKSARA UNG PEMELIHARA, HAMBA HORMAT
OH HYANG WIDHI DALAM AKSARA MANG PELEBUR, HAMBA HORMAT
3PENYUCIAN TANGAN :
a. TANGAN KANAN :
OM SUDHAMAM SVAHA
b. TANGAN KIRI :
OM ATI SUDHAMAM SVAHA

OH HYANG WIDHI SEMOGA HAMBA BERSIH
OH HYANG WIDHI SEMOGA HAMBA MENJADI SANGAT BERSIH
4PUJA UNTUK DUPA :
OM ANG DUPA DIPASTRA YA NAMAH

OH HYANG WIDHI, HAMBA PERSEMBAHKAN DUPA INI
5MENYUCIKAN KEMBANG :
OM PUSPA DANTA YA NAMAH

OH HYANG WIDHI, SEMOGA PUSPA INI MENJADI SUCI PUTIH BAGAIKAN GIGI
6DOA MEMASANG BIJA :
a. BIJA UNTUK DIDAHI :
OM ÇRIYAM BHAWANTU
b. BIJA DI BAWAH TENGGOROKAN :
OM SUKHAM BHAWANTU
c. BIJA UNTUK DI TELAN :
OM PURNAM BHAWANTU,
OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SWAHA

OH HYANG WIDHI SEMOGA KEBAHAGIAAN MELIPUTI HAMBA
OH HYANG WIDHI, SEMOGA KESENANGAN SELALU HAMBA PEROLEH
OH HYANG WIDHI SEMOGA KESEMPURNAAN MELIPUTI HAMBA, OH HYANG WIDHI SEMOGA SEMUANYA MENJADI BERTAMBAH SEMPURNA
7PUJA DI PADMASANA :
OM ANANTASANA PADMASANA YA NAMAH

OH HYANG WIDHI YANG BERSINGGASANA DI PADMASANA / LAMBANG TERATAI SUCI / YANG TIADA TERBATAS, HAMBA MEMUJAMU
8PUJA DI PEMERAJAN / RONG TIGA :
OM BRAHMA WISNU IÇWARA DEWAM, JIWATMANAM TRILOKANAM, SARWA JAGAT PRATISTANAM, SUDDHA KLESA WINASANAM,
OM GURU PADUKA DIPATA YA NAMAH

YA TUHAN, BERGELAR BRAHMA, WISNU, ISWARA YANG BERKENAN TURUN MENJIWAI ISI TRILOKA, SEMOGA SELURUH JAGAT TERSUCIKAN, BERSIH SERTA SEGALA NODA TERHAPUSKAN OLEHMU. YA TUHAN SELAKU BAPAK ALAM, HAMBA MEMUJAMU
9PUJA DI ULUN SUWI / BEDUGUL / PENGULUN CARIK :
OM ÇRI DANA DEWIKA BAWYAM, SARWA RUPA WATI TASYA, SARWAJNAKA MITIDATYAM, ÇRI ÇRI DEWI NAMASTUTE,
OM ÇRI DEWI DIPATA YA NAMAH

YA TUHAN SAKTIMU SELAKU DEWI SRI YANG MAHA DERMAWAN DAN MULIA YANG MENGANUGERAHI SEMUA MAHKLUK DAN SELALU MENYUCIKAN HATI MAHKLUK. YA DEWI SRI KAMI MEMUJAMU
10UNTUK HARI RAYA SARASWATI :
OM BRAHMA PUTRI MAHA DEWI BRAHMANYA BRAHMA WANDHINI SARASWATI SAYAJANAM, PRAJA NAYA SARASWATI,
OM SARASWATI DIPATA YA NAMAH

YA TUHAN, SAKTIMU SELAKU MAHA DEWI DARI BRAHMA, PANCARAN PRADANA DARI BRAHMA, SARASWATI, DEWI BERKEMAMPUAN BERPIKIR, SARASWATI YANG TAK ADA TARA KEBIJAKSANAANNYA. YA DEWI SARASWATI HAMBA MENYEMBAH PADAMU
DOA MENGHATURKAN SESAJEN :
NOMACAM DOATERJEMAHANNYA
1PEMERCIKAN AIR SUCI / TIRTA
OM MANG PARAMA ÇIWA AMERTA YA NAHAM SWAHA

OH HYANG WIDHI PARAMA SIWA DALAM MANG PELEBUR MALA, MENGANUGERAHKAN AMERTA
2PUJA DEWA PRASTITA :
OM ANG DEWA PRATISTHA YA NAMAH

OH HYANG WIDHI SEMOGA HYANG WIDHI BERSTANA DALAM KESUCIAN BHAKTI HAMBA, DALAM UCAPAN ANG PENCIPTA ALAM
3MENGHATURKAN DUPA :
OM AGNIR-AGNIR JYOTIR-JYOTIR DUPAM SAMAR PAYAMI

-
4MENGHATURKAN BUNGA MENURUT WARNA :
MISALNYA DENGAN BUNGA 5 WARNA :
OM PUSPA PANCA WARNA YA NAMAH SWAHA

-
5PENYUCIAN SESAJEN :
OM KARA MURCYATE, PRAS PRAS PRANAMYA YA NAMAH SWAHA
OH HYANG WIDHI, ENGKAU ADALAH OMKARA BENTUK AKSARA SUCI, SEMOGA UPACARA HAMBA MENJADI SEMPURNA, SEMPURNA, SEMPURNA UNTUK BHAKTI HAMBA KEPADAMU
6NGAYABAN SESAJEN UNTUK PARA DEWA / TUHAN YANG MAHA ESA :
OM DEWA AMUKTI, SUKHAM BHAWANTU, PURNAM BHAWANTU, SRIYAM BHAWANTU NAMO NAMAH SWAHA
-
7MENGHATURKAN SESAJEN UNTUK LELUHUR :
OM BUKTIANTU PITARA DEWAM, BUKTI MUKTI WARA SWADAH, ANG AH
-
8MENGHATURKAN SEGEHAN :
OM BUKTIANTU DURGA KATARA, BUKTIANTU KALAMEWACA, BUKTI ANTU BHUTA BUTANGAH
OH HYANG WIDHI, HAMBA MENYUGUHKAN SESAJEN KEPADA DURGA KATARA, KEPADA KALAMAWACA DAN KEPADA BHUTA BHUTANGAH
9YADNYA SESA :
a. UNTUK PARA BHUTA  SAMA SEPERTI YADNYA SESA WAKTU MAKAN :
OM SARWA BHUTA PRETEBYAH SWAHA
b. UNTUK LELUHUR :
OM BUKTIANTU PITARA DEWAM, BUKTI MUKTI WARA SWADAH, ANG AH
c. UNTUK PARA DEWATA :
OM DEWA AMUKTI SUKHAM BHAWANTU, PURNAM BHAWANTU, SRIYAM BHAWANTU, NAMA NAMAH SWAHA
-
-
-
PUJA TRI SANDHYA / GAYATRI MANTRAM :
aOM bhūr bvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhïmahi
dhiyo yo nah pracodayãt
OM adalah bhur bwah swah, kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemulian Sang Hyang Widhi semoga Ia berikan semangat pikiran kita
bOM nãrãyana evedam sarvam
yad bhūtam yacca bhavyam
niskalańko niraňjano
nirvikalpo nirãkhyãtah
śuddo deva eko
narayano na dvit’yo asti kaścit
OM narayana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa narayana, Ia hanya satu tidak ada kedua
cOM Tvam Sivah Tvam Mahādevah
Īsvarah Parameśvarah
Brahmā Visnusca Rudraśca
Purusah Parikīrtitah
OM engkau dipanggil siwa, mahadewa, iswara, parameswara, brahma, wisnu, rudra dan purusa
dOM Pāpo ham pāpakarmāham
Pāpātmā pāpasambhavah
Trāhi mām pundarīkāksa
Sabāhyābhyāntarah śucih
Om hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba, Sang Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba
eOM Ksamasva mām mahādeva
Sarvaprāni hitaňkara
Mām moca sarva pāpebyah
Pālayasva sadā siva
OM, ampunilah hamba Sang Hyang Widhi, yang memberikan keselamatan mahkluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah
OH Sang Hyang Widhi
fOm Ksāntavyah kāyikodosah
Ksāntavyo Wacika Mama
Ksāntavyo mānaso dosah
Tat pramādāt ksamasva mām
OM Santih, Santih, Santih OM
OM ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba
OM damai, damai, damai OM


Pengertian Om dalam setiap Doa Hindu
Om adalah seruan yang tertua kepada Tuhan dalam Hindu. Setelah zaman Puranalah Tuhan Yang Mahaesa itu diseru dengan ribuan nama. Kata Om sebagai seruan suci kepada Tuhan yang memiliki tiga fungsi kemahakuasaan Tuhan. Tiga fungsi itu adalah, mencipta, memelihara dan mengakhiri segala ciptaan-Nya di alam ini. Mengucapkan Om itu artinya seruan untuk memanjatkan doa atau puja dan puji pada Tuhan.
OM Berasal dari Kata AUM atau singkatan dari kata ANG UNG dan MANG yang merupakan aksara suci dari Tuhan yang Maha Esa dalam wujud Dewa Trimurti (Brahma = Ang, Wisnu = Ung, dan Siwa = Mang) yang jika dibaca aksara itu menjadi OM, gabungan dari ketiga aksara ini disebut dengan istilah Ong Kara. Aksara Ong-kara inilah sumber dari semua aksara, sehingga disebut wija-aksara, aksara yang maha suci, lambang Dewa Trimurti.
Dalam Bhagawad Gita kata Om ini dinyatakan sebagai simbol untuk memanjatkan doa pada Tuhan. Karena itu mengucapkan Om dengan sepenuh hati berarti kita memanjatkan doa pada Tuhan yang artinya ya Tuhan.